Kamis, 17 Mei 2012

PERKEMBANGAN AGAMA HINDU DI INDIA


PERKEMBANGAN AGAMA HINDU DI INDIA

Untuk mendapatkan gambaran tentang Agama Hindu, maka sebagai umat Hindu setidaknya harus mengetahui bagaimana Agama Hindu itu diwahyukan oleh Ida Sang Hyang Widhi kepada umat Hindu. Banyak orang mengatakan bahwa Agama Hindu adalah Agama Budaya, akan tetapi sejarah menyatakan bahwa Agama Hindu adalah Agama Wahyu.
Sebagai gambaran tentang bagaimana Wahyu itu diterima akan dijelaskan sebagai berikut:
Keterangan:

Pada mulanya melalui Dewa Brahma sebagai manifestasi Ida Sang Hyang Widhi menurunkan Sabda kepada tujuh orang Rsi, yang oleh tujuh Rsi tersebut Sabda tersebut disebut Wahyu. Selanjutnya Wahyu yang terkumpul tersebut, atas inisiatif Rsi Wyasa dibantu oleh empat orang muridnya dibukukan menjadi Weda / Catur Weda. Catur Weda diterjemahkan oleh para Rsi menjadi Lontar, atau gubahan lain yang tujuannya agar lebih mudah sampai pada umat yang latar belakang kemampuannya berbeda.

Bertolak dan kenyataan ini maka tidak ada alasan bagi umat Hindu untuk tidak mengenal Weda, yang meskipun dalam bentuk gubahan atau terjemahan.

Weda diturunkan di India tepatnya di lembah sungai suci Sindhu, kemudian sampai pada kita di Indonesia melalui beberapa proses atau fase-fase.

1.    Perkembangan Agama Hindu di India pada zaman Veda
Zaman ini dimulai dan datangnya Bangsa Arya, + 2500 SM ke India, dengan menempati lembah Sungai Sindhu yang dikenal dengan nama Punjab (daerah lima aliran sungai).

Bangsa Arya tergolong ras Indo Eropa yang terkenal sebagai Bangsa yang gemar mengembara tetapi cerdas, tangguh dan trampil. Selanjutnya pada zaman ini merupakan zaman mulainya penulisan Wahyu suci yang pertama yaitu Reg Veda. Kehidupan beragama pada zaman ini didasarkan atas ajaran-ajaran yang tercantum pada Veda Samhita, yang lebih banyak menekankan pada pembacaan perafalan ayat-ayat Veda secara oral, yaitu dengan menyanyikan dan mendengarkan secara berkelompok.

Veda adalah kitab suci Agama Hindu yang dturunkan oleh ida Sang Hyang Widhi Wasa kepada umat Hindu melalui para Rsi (Sapta Rsi) yaitu Rsi Grtsamada, Rsi Viswamitra, Rsi Atri, Rsi Bharadvaja, Rsi Vasistha, Rsi Kanva dan Rsi Vamadeva. Selanjutnya setelah wahyu tersebut diterima, maka atas jasa Maharsi Vyasa dan empat orang muridnya membukukan wahyu tersebut menjadi empat bagian yang sampai sekarang dikenal dengan nama Catur Veda, terdiri dari:
a)    Maharsi Pulaha membukukan Reg Veda
b)    Maharsi Jaimini membukukan Sama Veda -
c)    Maharsi Vaisampayana membukukan Yajur Veda
d)    Maharsi Sumantu membukukan Atharva Veda

a)    Reg Veda, merupakan kitab tertua dan terpenting. Isinya dibagi atas 10 Mandala, menunjukkan kebenaran yang mutlak. Mantranya terdiri dari 10.552 yang diucapkan untuk mengundang, mendekatkan Tuhan dan manifestasinya yang dipuja agar hadir pada saat upacara Pengucapan mantra adalah pemimpin upacara yang disebut Hotr.

b)    Sama Veda, isinya diambil dan Reg Veda, kecuali beberapa nyanyian suci yang dinyanyikan pada saat upacara dilakukan. Jumlah mantranya terdiri atas 1.875. Yang menyanyikan lagu pujaan ini disebu Udgatr.

c)    Yajur Veda, terdiri dan 1.975 mantra, berbentuk prosa yang isinya berupa rafal dan doa pengucapannya adalah pemimpin upacara bernama Adhvaryu pada saat pelaksanaan upacara korban. Fungsi rafal adalah bukan memuja para Dewa melainkan mengubah upacara korban yang dipersembahkan menjadi makanan yang dapat diterima oleh para Dewa dengan pengucapan berulang-ulang disertai dengan menyebutkan nama manifestasi Dewa yang hendak dihadirkan.

d)    Atharva Veda, terdiri dan 5.987 mantra berbentuk prosa yang isinya berupa mantra-mantra yang kebanyakan bersifat magis, yang memberikan tuntunan hidup sehari-hari berhubungan dengan keduniawian seperti tampak dalam sihir, tenung, pedukunan. Isi sihir-sihir dimaksud bertujuan untuk menyembuhkan orang-orang sakit, mengusir roh-roh jahat, mencelakakan musuh dan lain sebagainya.

Disamping itu pada zaman ini orang-orang Hindu sangat meyakini adanya Dewa-Dewa sebagai manifestasi dan Ida Sang Hyang Widhi Wasa antara lain:

a)    Dewa Agni
Pemujaan yang dilakukan terhadap Dewa Agni banyak dijumpai dalam Veda terutama dalam Reg Veda, dimana penampilan dengan mempersonifikasi yang selalu dihubungkan dengan upacara api. Wujud Dewa Agni digambarkan seperti menyambut nyala api, berjenggot, berdagu tajam, bergigi emas, dan kepalanya selalu memancarkan sinar. Sinar Dewa Agni seperti Sinar matahari pagi, beliau disebut sebagai putra Dewa Dyanus, yaitu Dewa Langit, oleh sebab itu Dewa Agni sering disebut putra Dewa Langit dan Dewa Bumi.

b)    Dewa Indra
Mengenai keberadaan Dewa Indra banyak dijumpai pada kitab suci Veda, ada 250 mantra yang mengagungkan Dewa Indra. Kata Indra berasal dan kata md dan Dri yang artinya memberi makan. Indra pada mulanya adalah Dewa Hujan yang mengalahkan raksasa Vrtra, senjatanya adalah Bajra (petir). Indra lebih dikenal dengan Dewa Perang yang mengalahkan tiga benteng musuh, karena itu disebut Tn Puramdhara (Tn Puramtaka). Dan kenyataan inilah bagi orang Arya yang datang ke India keberadaan Dewa Indra sangat dihormati, karena bagi mereka dianggap memberkatinya waktu menjajab penduduk ash India yaitu Bangsa Dravida.

c)    Dewa Rudra
Pada zaman ini Dewa Rudra diidentikkan dengan Dewa Siva (Siva Rudra). Ia digambarkan sebagai laki-laki bertubuh besar, perutnya berwarna biru dan punggungnya berwarna merah. Kepalanya berwarna biru kulitnya berwarna coklat kemerahan. Rambutnya panjang terurai, seluruh tubuhnya memancarkan cahaya keemasan, tangannya memegang busur dan panah yang bercahaya. Karakternya nampak angker dan menakutkan namun hatinya lembut dan maha pengasih.

d)    Dewa Waruna
Dewa Waruna disebut juga Baruna, selalu dihubungkan dengan laut. Kata Waruna berasal dan akar kata Var (menutup dan membentang) yang berarti melindungi dan segala penjuru. Dan kata inilah lalu dihubungkan dengan laut. Dewa Waruna mengamati semua mahluk dari tempatnya yang tinggi, dimana matahari diyakini sebagai istananya. Ta digambarkan sebagai laki-laki tampan berkulit putih mengendarai monster laut yang bemama Makara (Gajahmina) berupa binatang laut yang pada bagian depannya berwujud seekor kijang, sedangkan bagian belakangnya berwujud seekor ikan. Istri Dewa Waruna adalah Waruni yang tinggal diistana Mutiara. Dewa Waruna adalah Dewa yang menguasai hukum alam yang disebut Rta.

Bertolak dari kenyataan inilah bahwa kehidupan orang-orang pada zaman Veda sangat menghormati Veda sebagai Wahyu Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang sampai kepada umat melalui jasa orang-orang suci atau para Rsi. Para Rsi mengajarkan Veda tidaklah kaku tetapi sangat luwes pleksibel artinya cara dan bahasa apapun yang digunakan agar bisa diterima oleh umat secara luas. Disamping itujuga diajarkan bagaimana umat menghomati Dewa-Dewa sebagai manifetasi dan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

2.    Perkembangan Agama Hindu di India pada zaman Brahmana

Jaman ini merupakan awal munculnya kitab Brahmana yang merupakan bagian dan Veda Sruti yang disebut Karma Kanda. Kitab ini memuat himpunan doa-doa serta penjelasan upacara korban dan kewajiban keagamaan. Oleh karena itu keberadaan umat Hindu pada jaman Brahmana ini didomininasi oleh pelaksanaan upacara keagamaan dalam bentuk upacara korban.
Unsur-unsur upacara yang ada dalam kitab Veda dikembangkan secara luas dalam kitab Brahmana. Kalau dibandingkan dengan zaman Veda umat memohon berkah pada para Dewata melalui upacara korban, tetapi pada zaman Brahmana kedudukan para Dewa dengan kaum Brahmana adalah sejajar, Karena keduanya diangap sebagai penentu keberhasilan upacana korban.

Perkembangan Agama Hindu pada Jaman Brahmana mi merupakan peralihan dan zaman Veda ke zaman Brahmana. Kehidupan orang-orang pada zaman mi betul betul berpusat pada keaktifan rohani terutama dalam bentuk upacara korban.

Secara lengkap ciri-ciri zaman Brahmana sebagai berikut :
a)    Upacara korban/Yadnya mendominir kegiatan umat Hindu.
b)    Para Brahmana menjadi golongan yang paling berkuasa.
c)    Munculnya perkembangan kelompok-kelompok masyarakat yang sangat tajam dengan berjenis-jenis pasraman.
d)    Dewa-Dewa menjadi berkembang fungsinya.
e)    Munculnya bermacam-macam kitab Sutra atau kitab penuntun pelaksanaan upacara korban.

3.    Perkembangan Agama Hindu di India pada zaman Upanisad

Zaman Upanisad ini merupakan reaksi terhadap yang terjadi pada zaman Brahmana. Dimana sejalan dengan berjalannya waktu, Agama Hindu terus berkembang yang meskipun pada akhirnya umat terpecah mengikuti aliran yang berbeda, yang secara keseluruhan disebut aliran Nawa Darsana, yaitu enam aliran tergabung dalam kelompok Astika (kelompok yang masih menerima Veda sebagai kitab suci Agama Hindu) dan tiga aliran tergabung dalam kelompok Nastika (kelompok yang menolak Veda sebagai kitab suci Agama Hindu). Aliran Nastika inilah secara otomatis keluar dan Agama Hindu sedangkan Aliran Astika tetap mengikuti Agama Hindu dan kembali pada Veda sebagai sumber segalanya bagi umat Hindu secara keseluruhan.
a)    Kelompok yang tergolong Astika yang disebut Sad Darsana 
1. Nyaya
2. Vaisesika 
3. Mimamsa V 
4. Samkhya 
5. Yoga 
6. Vedanta

b)    Kelompok yang tergolong Nastika meliputi:
  1. Buddha
  2. Carvaka
  3. Jaina

Selanjutnya yang tergabung dalam kelompok Astika ini terus mengadakan pendalaman ajaran Agama Hindu terutama filosofisnya. Artinya menolak kondisi yang terjadi seperti pada zaman Brahmana. Malah yang ditekankan pada zaman ini adalah menyeimbangkan antara filsafat, etika dan ritual. Dalam zaman Upanisad ini umat Hindu yang dimotori oleh Kaum Ksatria terus mengadakan diskusi-diskusi yang menimbulkan berkembangnya filsafat Hindu yang lebih menekankan pada aspek Jnana.
Dalam diskusi itu para siswa duduk di bawah dekat kaki guru kerohanian atau para Rsi dan mengajukan pertanyaan kepada guru kerohanian itu. Para guru atau para Rsi akan memberikan jawaban dengan tetap berpedoman pada Kitab Suci Veda, maka dengan demikian kebenaran yang didapat oleh para siswa kerohanian itu tidak perlu diragukan. Cara diskusi ini disebut dengan nama Upanisad.

Sebagai hasil dan kegiatan Upanisad ini dibukukan dalam kitab Upanisad. Kitab Upanisad merupakan bagian dan Jnana Kanda dan kitab Veda Sruti yang isinya bersifat ilmiah, spekulatif, tetapi tetap dalam ruang lingkup keagamaan. Pada umumnya kitab-kitab Upanisad berisi tentang hakekat Brahman, Atman, Hubungan antara Brahman dan Atman, Hakekat Maya, Hakekat Vidya dan Avidya, serta mengenai moksa atau kelepasan. Pandangan yang menonjol dalam ajaran Upanisad adalah suatu ajaran yang bersifat Monistis dan Absolutistis, dalam artian ajaran yang mengajarkan bahwa segala sesuatu yang bermacam-macam ini dialirkan dan satu azas, satu realitas tertinggi yang tidak dapat dilihat, tidak dapat dibagi-bagi, tidak dapat ditangkap oleh akal manusia, tetapi melingkupi segala yang ada di alam semesta ini, itulah yang disebut dengan Brahman (Ida Sang Hyang Widhi Wasa).

Brahman memiliki sifat Sat Cit Ananda yang artinya keberadaan, kesadaran, dan kebahagiaan. Dan ungkapan ini menunjukkan bahwa Brahman adalah satu-satunya realitas yang bersifat mutlak, yang meliputi segala yang ada, yang sadar, dan yang bersifat rohani sehingga dengan demikian Brahman dipandang sebagai sumber alam semesta, sumber semua mahluk, dan penguasa segala yang ada.

Mengenai keberadaan Atman pada Zaman Upanisad disebutkan bahwa Atman meliputi segala sesuatu dan ia berada dalam lubuk hati manusia. Atman yang ada dalam tubuh manusia itu dilapisi oleh lima lapisan yang disebut dengan Panca Maya Kosa, yaitu Anamaya Kosa (lapisan Prana/energi), Manomaya Kosa (lapisan alam rasa dan pikiran), Wijnanamaya Kosa (lapisan kesadaran) dan Anandamaya Kosa (lapisan kesadaran yang membahagiakan). Semua lapisan itu dapat berubah-ubah, sedangkan Atman adalah subjek yang tetap ada diantara semua yang berubah-ubah itu, artinya Atman terbebas dan semua keadaan, karena Atman sesungguhnya adalah Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Mengenai ajaran Karma pada zaman Upanisad dinyatakan sebagai suatu perbuatan yang selalu diikuti oleh pahala atau akibatnya. Sehingga siapa saja yang berbuat baik atau buruk pasti akan menerima hasil baik atau buruk. Jadi semua tergantung pada prilaku umat itu sendini.

Ajaran tentang Punarbhawa (kelahiran kembali) pada zaman Brahmana dianggap sebagai karunia Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Pada zaman Upanisad timbul sebuah pertanyaan kenapa kehidupan seseorang berbeda satu sama lain, baik dan unsur fisiknya atau keadaan sosial ekonominya ? Jawaban ini semua adalah tergantung pada karma setiap orang dan rantai kehidupan yang amat panjang.

Bila seseorang meninggal dunia badan halusnya terpisah dengan badan kasarnya, semua karma wasana dan perbuatannya melekat pada badan halusnya. Badan halus hidup bersama Atman yang kemudian menjelma mengambil badan yang baru. Proses Punarbhawa ini amat sulit diketahui oleh orang biasa, kecuali oleh para Maharsi, karena semua itu kehendak dari sang pencipta yaitu Brahman itu sendiri.

Tujuan hidup tertinggi bagi manusia adalah untuk mencapai Moksa atau kelepasan, yaitu bersatunya Atman dengan Brahman. Pada jaman Upanisad jalan untuk mencapai Moksa adalah melalui perbuatan baik, Bhakti, Tapa, Brata dan Yoga.

Demikianlah uraian mengenai Zaman Veda, Zaman Brahmana dan Zaman Upanisad. Pada hakekatnya satu dengan yang lainnya saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan karena semua menjadi pondasi dan sejarah Agama Hindu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar